“Chikoo nebeng lagi ya, aku tunggu kamu di lamer ok jam set.
8, NO TELAT!!” deringan pesan dari Nayla. Pagi-pagi hp Chiko udah rame dengan
pesan dari Nayla yang mau nebeng. Yah..lumayan sih setidaknya meramaikan hp
Chiko yang sering sepi dan hilang dari pelupuk matanya karena entah diletakkan
dimana. Baru-baru ini Chiko memang terlihat dekat dengan Nayla, mungkin karena
satu arah pulang jadi mereka sering bareng. Nayla adalah teman sekelas Chiko, mereka
kenal dan mulai akrab karena mata kuliah Anatomi Fisiologi yang membentuk
kelompok,dan yang mengharuskan setiap
anggota kelompok rumahnya ga berjauhan yah..minimal satu arah.
Sering nebeng tepatnya, membuat mereka semakin hari semakin
dekat, tak khayal membuat mereka jadi sering berbagi cerita suka dan duka.
Apalagi Chiko tuh bisa dibilang Mr.Perfect banget dimata Nayla, gimana engga
setiap tugas harus dikerjakan dengan teratur tersusun rapi dan yang pasti
hasilnya juga mulus banget. Tapi ga sukanya Nayla, Chiko tuh paling bawel
wawancarain Nayla kalo ada tugas, yah..nanya-nanya mulu dan alhasil nilainya
Chiko pasti lebih bagus dari pada Nayla. Chiko dan Nayla sering terlihat
belajar bersama mengerjakan tugas bareng padahal di Foodcourt di salah satu
mall di Jakarta, tapi mereka asik makan sambil belajar sampai lupa sama dunia.
Berhubung Nayla bukan
asli orang Jakarta yah biasa diledek orang urban karena bagi Chiko Nayla dari
kampung ke Kota gitu,, hehehe,Chiko sering mengantar Nayla ke setiap jalanan di
Kota Jakarta, maklumlah dari pada nyasar mending minta anterin Chiko.
Canda,tawa,susah, duka menjalani hari hari mereka. Hampir 4 bulan kebersamaan
mereka, Chiko mulai terbuka dengan Nayla, satu persatu mulai terlihat sifat
asli keduanya.
Suatu ketika ada
kejadian Nayla disuruh mengambil titipan dirumah tantenya yang letak rumahnya
lumayan jauh dari Rumah Nenek Nayla, sontak saja membuat Nayla memohon pada
Chiko untuk mengantarnya ke rumah tantenya itu. Berhubung Nayla agak jauh
dengan tantenya itu, Nayla tadinya berniat mau menunggu diluar saja ehh
ternyata mereka disuruh masuk dulu karena cuaca yang kurang mendukung saat itu.
Hujan lebatnya hingga mereka tak bisa langsung pulang, obrolan dari keluarga
tantenya dan seduhan teh yang menghangatkan badan membuat semuanya terasa
nikmat. Tapi justru jantung Nayla yang berdebar, betapa tidak keluarga tantenya
mengira Chiko adalah kekasihnya padahal Cuma sebatas tukang ojek kiderannya
ajah ^_^.
Seolah-olah mereka sepasang kekasih di Dunia Nyata, keluarga
tantenya itu secara ga langsung setuju dengan hubungan mereka. Yah..mau gimana
lagi pasrah aja deh, meskipun kenyataan tak semanis kepalsuannya. Hujan mulai rintik dan perlahan muncul sinar
matahari yang menandakan mereka harus segera pulang, segeralah mereka pamit dan
bergegas pergi dari rumah itu. Saat perjalanan pulang, Chiko hanya senyam-senyum saja membayangkan
kalo mereka benar pacaran. Tapi wajah pucat justru terlihat dari raut wajah
Nayla, dia khawatir orang tuanya tau dan akan lebih protect ke Nayla. Yang
lebih teringat lagi, dulu ketika papahnya muda pernah ngalamin kayak gini sama
mamah dan hasilnya mereka beneran pacaran dan akhirnya memiliki anak yaitu
Nayla. Pikiran, halusinasi berkeliling mengitari seluruh otak Nayla, bersemayam
tak ingin lekas pergi dari bayangan sosok Chiko. “Gemetar hati ini kala ku ingat namamu,
sosokmu tak jauh berbeda dari sosok ayahku. Apa ini sebuah pertanda? Bahwa
kaulah jodohku”. Kata orang jaman dulu kalo kita menemukan sosok
ayah di diri seseorang laki-laki itulah jodohmu.(Ceunah..). Tapi sejujurnya
memang dia “Chiko” yang ada dalam bayangannya selama ini.
Suatu ketika saat di Foodcourt Chiko bercerita tentang sosok
perempuan yang kala itu sedang dia kagumi.
“Ingin berontak,tapi tak mampu, menahannya sendiri
pun tak mampu,berkhayal tingkat dewa neptunus pun rapuh”. Rasanya jleb, mendengar ada seseorang yang Chiko
sukai. Saat itu Chiko meminta pendapat kepada Nayla. Katanya.. “Nay, aku mau
minta pendapat lu nih yah. Kalo lu jadi cewe yang aku suka terus aku mau kasih
lu boneka teddy bear dan coklat, lu pilih mana? Aku pengen ngasih dia Nay,”
tanyanya sambil senyum. Sontak Nayla ingin menjerit “kamu ga tau kan Chikoo,
kalo seandainya aku bisa berkhayal cewe itu aku, tapi kamu ga pernah ngasih tau
dia itu siapa,!” bengoong Nayla dan jeritannya dalam hati. “Hey Nay..jawab kok
bengong?” Sambil menatap mata Nayla. Dan Nayla terkejut, sambil berusaha
menjawab “ Yah..kalo aku jadi cewe itu aku bakal terima teddy bearnya soalnya
kalo coklat itu akan terasa manis diawalnya aja,dan bakal habis sama aja kaya
orang pacaran aku ga mau kemanisan itu
jadi habis dan manisnya sesaat.” Jawab tegas Nayla. Akhirnya lewat jawaban
Nayla, Chiko memutuskan kalo Teddy Bear berarti diterima, tapi kalo coklat
ditolak.
“Terpikal kedustaan ini
membunuhku, tapi aku ingin kau tersenyum”. Dipojokan kabar,Nayla menggalau
ria sakit sedih senang menjadi satu, malamnya setelah Chiko meminta
pendapatnya. Itu merupakan pertanyaan terberat yang harus Nayla jawab. Tiba-tiba
dering lagu Taylor swift- You belong to me yang menandakan nada dering telepon
terlihat nama yang tak asing “Chiko” sahutnya dalam hati. “Meskipun dia bukan "Aku" tapi aku senang bisa
berada disampingmu”. Dengan suara sendu dan nada yang flat
Nayla mengangkat telpon itu. Rupanya disisi lain Chiko peduli dengan Nayla dia
khawatir karena setelah pulang dari Foodcourt sore tadi wajah Nayla tampak
sedikit putih memucat. Dengan nada sendu dan senyuman paksaan Nayla berusaha
meyakinkan Chiko bahwa dia hanya kurang sehat,alhasil perlahan Chiko percaya.
Hari-hari
berlalu, Nayla mulai menjaga jarak tapi Chiko seakan menariknya kembali supaya
tak jauh dari sisinya. Suatu malam
ketika makan di sebuah tongkrongan anak muda, Chiko terlihat diam,dingin, redup
tanpa kebawelannya yang terlontar dari bibir tebalnya. Nayla heran ada apa
dengannya yang biasa berisik mengusik harinya. “Tatapanya kosong, sepi tanpa atmosfer
kehidupan, raumannya pun ‘tak nampak”. Nayla berusaha bertanya aktif
pada Chiko kenapa? Ada apa? Bagaimana? Udah kaya 5W+1H deh.. Rupanya cewe yang
disukai Chiko telah memiliki pacar, dan spontan membuat Chiko langsung
menggalau, makanya ngajak makan diluar. “Kau tak pernah tau, aku menunggumu diujung
kabar kebahagiaanmu,tapi ternyata nihil". Nayla langsung menghibur Chiko
membuatnya tersenyum kembali dan akhirnya raumannya kembali hadir dan menghiasi
raut wajah yang suram sebelumnya. Nayla lega, tapi betapa jahatnya dia kalo aja
Chiko tau dia senang tapi Nayla sedih juga melihat seseorang yang tak sadar
telah dia cintai bersedih. “Dibalik ke
galauanmu ada senyumku”. Malam yang terasa panjang karena
kedekatan mereka disana, sibuk dengan dunia masing-masing di hadapan laptop
berselancar di dunia maya berusaha tersenyum dan menutupi kegundahannya. “Aku tau, kau
tak akan pernah jatuh disisiku”.
Hari-hari
berlalu, jam terus berputar, melodi-melodi telah menari-nari dan kegalauan itu
seakan terhempas oleh rauman waktu. Dikala hujan rintik-rintik berjatuhan
disinari sedikit cahaya dibalik awan biru disebuah taman kota yang menyejukan
diantara atmosfer jalan raya yang penuh kegaduhan dan polusi udara. Mereka
berteduh dibawah sebuah pohon yang besar, berceloteh mengenai sekeliling mereka,
menatap pada satu tujuan. Tiba-tiba Chiko berkata mau minta pendapat Nayla akan
sebuah pertanyaan mengenai cinta. Sontak pikiran negatif lagi dan lagi teringat
pertanyaan di waktu lampau, membuat bulu tangan yang terhempas angin dingin
kala itu membuatnya berdiri menari nari. Chiko bertanya, “kalo seandainya kamu
jadi cewe yang aku suka kamu pilih Teddy
Bear apa Coklat Nay?” pertanyaan yang mengila kehiduapannya saat itu. Bingung
ingin menjawab apa? Tapi kembali lagi dengan jawaban di masa lalu. “ Aku pilih
Teddy Bear Chikoo...” senyuman tulus terpancar dari wajah Chiko. “ Kenapa kamu
senyum?” tanya ketus Nayla. “Karena cewe yang aku suka selama ini ada dihadapan
aku Nay” ^_^. Syok rasanya mendengar pernyataan tadi, tapi biar bagaimanapun
juga memang itu jawabannya. “Maksud kamu chiko? Jangan buat aku bingung dengan
pernyataan kamu tadi deh” tegas Nayla. Dan akhirnya Chiko meraih kedua tangan
Nayla dan berkata “ Je Taime”. Tanpa berpikir panjang Nayla membalas senyuman
dan berkata “Je taime”. Awan mendung seolah tak ingin melewati bagian indah
ini, hingga akhirnya terang panas memanaskan cinta mereka.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar