“Puing-puing kaca yang tenggelam perlahan ke dalam air, tak membuatnya menjadi kusam”
Mungkin kini, entah apa yang kau lakukan apa
yang kau ketahui dan apa yang menjadi milikmu tak ku ketahui lagi. Kadang aku
mencoba berpaling dari godaan yang membuatku teringat padamu, kadang aku
berusaha melangkahi hukum alam yang sampai kini entah apa maksudnya. Kadang
bibir ini kelu, rungsing dan mata ini kelok rasanya bila ku lihat dengan mata
kepala ini apa yang kau lakukan disana. Kadang tuhan belum bisa memberikan
jawaban atas segala angan, impian, doa dan harapanku. Tapi aku percaya dibalik
ini semua ada hikmah dan mukjizat yang akan dititipkannya padaku. Mungkin aku
satu dari jutaan manusia yang bisa jatuh cinta tanpa bertemu seperti pertemuan
kita. Namun ku akui, aku tak pernah mengkhianati perasaan ini bahwa aku
bersungguh-sungguh mencintaimu apa adanya. Kita tidak mencintai karena fisik,
tapi karena kepercayaan dan keteguhan hati bahwa kita memiliki banyak kesamaan.
Kesamaan yang membuat kita satu, kepercayaan yang membuat kita teguh dan aku
percaya suatu hari nanti aku akan bertemu saat yang membahagiakan itu tapi itu harapan ku dulu sebelum semua itu menjadi
penghalang yang berarti antara aku dan dirimu. Pertemuan kita yang entah tak
bisa terhitung di dunia itu mungkin bisa menjadi saksi perkenalan kita, puluhan
mention yang sekiranya memenuhi beranda
di dunia twitter tak mengelak kenyataan bahwa kita memang dekat.
Qesya Putri Anggraini namanya, dia yang biasa
memenuhi beranda di twitter, cewek yang terlihat kecewa dengan seabrek
kekecewaan akibat ulah Rey mantan kekasihnya. Qesya lagi-lagi dikecewakan oleh
Rey, entah tak bosan-bosan Rey menyakiti hati gadis cantik itu. Seolah-olah
karena seringnya Qesya online twitter dan update status rupanya banyak yang
meretweet mention-mention Qesya,termasuk seroang laki-laki yang berada jauh
dari relung hatinya bernama Andre. Dan kisah itu dimulai karena memiliki
kesamaan yang disakiti oleh mantan
kekasihnya, membuat mereka sering bales-balesan mention. Hal yang tak wajar pun
dimulai ketika mereka saling berkenalan diatas hati yang terluka diatas sebuah
kenyataan yang masih terasa pahit. Hari-hari berlalu dan puluhan mention
terbang secepat kilat setiap menitnya. Meskipun mereka berada di tempat yang
berbeda, atmosfeer yang bersebrangan namun kenyataan itu tak dapat dipungkiri.
Belajar move on adalah tugas keduanya saat ini, tak ingin berlarut-larut dalam
kesedihan dalam kenyataan yang pahit bahwa ini terlalu menyakitkan.
“Mencintai seseorang haruslah
menyiapkan mental untuk menyayanginya dan merelakan kepergiaanya”
Tak bisa jauh dari dunia maya itu yang Andre dan
Qesya rasakan. Mengetahui keadaannnya baik-baik saja menenangkan hati keduanya,
membuatnya tersenyum adalah tugas masing-masing karena mereka berdua ingin
sama-sama lepas dari belenggu menyakitkan bahwa ini terlalu sakit dibiarkan
begitu saja. Dan atmosfeer yang berbeda itu seolah membuatnya satu. Ribuan
jarak yang entah tak terhitung jauhnya terasa dekat hingga tak ada ruang untuk
berlari. Menepi dalam alunan suara kicauan twitter yang memanggil tuk segera
dibuka darinya. Sungguh hari-hari yang takan pernah terlupakan dari benak
masing-masing. Kenangan pahit dulu rasanya hilang dalam alunan hati yang
bersinar. Puing-puing hati yang tersakiti seolah sudah menemukan lem yang dapat
merekatkan hati ini. Namun trauma masih dirasakan, rindu akan sosok yang
menenangkan hati seolah sudah terobati. Qesya dan Andre bersikukuh untuk tak
memiliki hubungan, keduanya memilih untuk tak memiliki komitmen sebelum
akhirnya janjisehidup semati yang tersemat di sebuah cincin akan menghiasi jari
keduanya.
“Seolah ku dapatkan petir di siang hari yang terik, dan ku dendangkan alunan drumyang begitu pecah mencabik telinga dan relung ini”
Ingin rasanya ku bunuh sepi untukku, aku disini
tetap disini hanya untuk menunggu dan berharap,“Waiting and wishing”. Rela tak
rela Rey mantan Qesya mulai untuk mendekati Qesya lagi dan terlihat jelas-jelas
depan mata Andre, namun tak menyangkal bahwa mantan Andre juga mulai mendekatinya.
Sama-sama mengetahui masa lalu mereka kembali, entah apa maksudnya dan ingin
apa mereka kembali, “Go Back”. Mau dikata apa memang inilah kenyataan, kala
hati sudah mulai sembuh, kala relung ini terobati namun badai menerpa kembali.
Sosok Rey seolah hanya mampir sesaat untuk mengetahui apa Qesya baik-baik saja,
namun sosok mantan Andre selalu menghantui sosok Andre dan hati Qesya, “Aku tak
pernah berharap untuk bersamamu, aku hanya berharap kau bahagia” . Kenyataan
pahit pun harus dirasakan Qesya. Saat pagi ingin rasanya segera menunggu malam
untuk tertidur dan memejamkan mata untuk buta tentang apa yang harus dialaminya
kini. Rupanya Mantannya itu selalu saja berusaha untuk merebut Andre, memang
Andre bukan siapa-siapa memang dia bukan seseorang yang harus diikatnya
keras-keras agar siapapun tak dapat mengambilnya. Tapi hati ini sudah jatuh,
jatuh hati yang terdalam pada seorang Andre sosok yang belum pernah diluskiskan jelas di hadapannya,
hanya sebongkah foto-foto yang biasa keduanya kirimkan lewat dunia maya
disetiap malam sebelum mata keduanya terpejam.
“Tidakkah kau tahu? malam-malamku bersimbah keluh kisah yang menguras janji. Luruh kepadamu, tak henti-henti. Seluruh bintang berkilau, tak satupun menjamah galau. Ketika dunia berpaling, satu bintang bercahaya di tidurku. Adalah kau tujuanku”
Meredup memudar dan entah apakah akan menjadi
hilang atau bahkan akan menjadi terang dan menjadi jelas serta nyata. Ingin
rasanya ku menyadarimu dengan bisikan halusmu dulu. Aku hanya ingin kau bahagia
namun tanpa siapapun kecuali aku, memang dirasa egois tapi inilah aku karena
aku tak ingin membuatmu jera dan nampak seperti kekanak-kanakan tapi aku ingin
memilikimu karena ku mencintaimu, Nanti saat kau sematkan cincin itu di jari
manisku pada saat waktu yang indah.
Rupanya dibaik itu semua Andre tak menampikan
bahwa dia memang benar mencintai Qesya, mungkin kala itu Andre hanya ingin
memperbaiki hubungannya dengan mantanya tak ingin berkomitmen lebih dengannya.
Andre sesekali menghubungi Qesya, memang perlahan Qesya meredup karena
kesibukan masing-masing. Sebenarnya bukan kesibukan yang melanda Qesya, namun
mencari kesibukan guna melupakan sejenak angan-angan sosok Andre. Bulan-bulan
berlalu menepis segala keraguan, diam-diam cahaya itu menerang dibalik redupnya
awan gelap yang menutupi cahaya terang itu. Butuh sekian waktu untuk melupakan
Andre, rupanya Andre lebih istimewa ketimbang sosok Rey yang dulu
diagung-agungkan hatinya.
“Waktu memang tak bisa berbohong, meski bibir kelu membohongi kedustaan tapi waktu selalu jujur dan mewujutkan doa dan harapan yang terpukau”
Hari yang redup menjadi sendu menyambangi hati
yang telah rungsang termakan waktu. Dibalik ketidak tahuan Qesya, Andre mencari
alamat Qesya, dan hal yang teramat mengejutkan pun berubah menjadi sendu
membahagiakan jiwa.
Tibalah saat ulang tahun Qesya dan tahun inilah
sekiranya Qesya akan memakai baju toga untuk kelulusannya. Memang sosok Andre
sesekali menyambangi hatinya menanyakan kabar dan bahkan sesekali membuatnya
galau dengan kata-kata yang tak pernah ia jamah sebelumnya. Rasa boleh dirasa,
angan boleh diangan, waktu boleh berlari namun tetap saja jika tuhan telah
berkata untuk menyatukan kedua insan niscaya semua itu akan menjadi indah pada
waktu yang disesuaikan. Bohong bila mudah melupakan seseorang yang pernah
menyambangi hati seorang wanita, dusta jika bekata aku sudah tak mencintainya
lagi. Tapi mata tak akan pernah berdusta, meski bibir kelu mengatakan bahwa tak
ada ruang untuk laki-laki itu di masa lalu namun mata tak bisa mengelak untuk
berkaca indah dan menari-nari mengatakan masih ada ruang dihati ini untuknya.
Mungkin hanya sesaat setelah waktu berkata jujur tentang ke niscayaan tapi
cinta membutuhkan waktu untuk merasakan rindu, merasakan sepi, merasakan kasih
sayang dan kesadaran cinta yang terukir kini dan nanti, sekarang atau tidak
sama sekali.
Embun pagi yang menenangkan Qalbu, Andre menyambangi
kediamannya membawa satu boneka tedy bear berukuran besar berwarna coklat,
bermata hitam berkilau ditemani sebuket bunga mawar berwangikan kesucian
bernafaskan kerinduan, “First time When I meet You”. Kerinduan yang sudah
berada di tingkat high memuncak dalam butiran tetesan air mata yang tumpah saat
melihat sosok Andre yang biasa dia temui di dalam mimpinya setiap malam kini
berada di hadapannya dengan senyuman
ketulusan untuknya. Entah apa yang harus
ia ucapkan, sejuta kata yang biasa dia rangkai seolah tenggelam dalam suasana kesunyiaan
dan atmosfeer yang membisu.
“Rindu itu adalah nyanyian sunyi. Kita melodinya,kini. Kita berdua saling menautkan keterasingan dalam keindahan yang bertubi-tubi”
Kini tak perlu menunggu burung berkicau, tak
perlu berlarut-larut menyambangi tab yang biasa digunakan untuk menyambangimu.
Hanya satu ucapan yang bisa ku rangkai saat ini, “Terima Kasih”. Terima kasih
untuk cinta yang kau simpan dan kau tunggu selama ini, dan akhirnya menepi kini
dan sampai nanti,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar